Hubungan Antara Dukungan Sosial di Tempat Kerja dan Kontrol Tekanan Darah pada Perawat dengan Hipertensi Esensial di Rumah Sakit
Abstract
Latar belakang. Hipertensi tetap menjadi salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular pada populasi dewasa, termasuk tenaga kesehatan. Perawat menghadapi berbagai karakteristik kerja yang berpotensi meningkatkan risiko hipertensi, seperti shift malam bergilir, beban moral, tuntutan administratif, dan paparan stres emosional. Dukungan sosial di tempat kerja berperan penting dalam mengurangi dampak stres terhadap tekanan darah, namun bukti empiris pada populasi perawat di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara tingkat dukungan sosial dan kontrol tekanan darah, mengidentifikasi jenis dukungan sosial yang paling berpengaruh, serta menilai peran stres kerja dan pola shift dalam memoderasi hubungan tersebut.
Methode. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan potong lintang pada 60 perawat rumah sakit di Jawa Barat. Instrumen yang digunakan mencakup kuesioner dukungan sosial (emosional, instrumental, informasional), skala stres kerja, serta pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Analisis dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson dan regresi linier berganda setelah uji asumsi klasik terpenuhi. Signifikansi ditetapkan pada α = 0,05.
Hasil. Hasil menunjukkan bahwa dukungan sosial total berkorelasi negatif signifikan dengan tekanan darah sistolik (r = −0.45; p = 0.001), sedangkan stres kerja (r = +0.42; p = 0.001) dan pola shift bergilir (r = +0.33; p = 0.015) berkorelasi positif signifikan. Regresi menunjukkan bahwa dukungan sosial total (β = −0.38; p = 0.000) merupakan prediktor paling dominan terhadap tekanan darah sistolik, diikuti stres kerja (β = +0.29; p = 0.003) dan pola shift (β = +0.23; p = 0.022). Model regresi menjelaskan 41% variasi tekanan darah sistolik (R² = 0.41; F = 9.15; p < 0.001). Jenis dukungan sosial yang paling berpengaruh adalah dukungan emosional (r = −0.41; p = 0.002).
Diskusi. Dukungan sosial yang tinggi, terutama dukungan emosional, terbukti memiliki efek protektif terhadap tekanan darah dengan menurunkan respons fisiologis terhadap stres kerja. Sebaliknya, stres kerja dan kerja shift malam meningkatkan risiko tekanan darah tinggi akibat disrupsi ritme sirkadian dan aktivasi sistem simpatis. Temuan ini mendukung Job Demands–Resources Model yang menekankan pentingnya keseimbangan antara tuntutan kerja dan sumber daya psikososial. Implementasi program dukungan sosial dan manajemen stres di tempat kerja dapat menjadi strategi efektif dalam pengendalian hipertensi pada perawat.
Kesimpulan. Dukungan sosial emosional di tempat kerja berperan signifikan dalam menurunkan tekanan darah perawat hipertensi, sedangkan stres kerja dan kerja shift bergilir memperburuk kontrol tekanan darah. Intervensi berbasis dukungan sosial dan pengelolaan stres kerja disarankan untuk diterapkan dalam kebijakan kesehatan kerja rumah sakit.










